Path, sebuah aplikasi media sosial yang sempat populer di kalangan anak muda Indonesia, mengumumkan penutupan layanannya pada 18 Oktober 2018. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa aplikasi ini harus mengucapkan selamat tinggal kepada penggunanya:
Kehilangan Popularitas dan Pengguna
Di masa jayanya, Path dikenal sebagai platform yang sangat personal dengan batasan jumlah teman yang membuat interaksi lebih intim. Namun, seiring waktu, pengguna mulai beralih ke platform lain seperti Instagram, terutama setelah Instagram meluncurkan fitur Stories yang memungkinkan pengguna untuk membagikan kegiatan sehari-hari mereka.
Perubahan Konsep dan Kurangnya Inovasi
Path awalnya membatasi jumlah teman hingga 150 orang, namun kemudian menaikkan batas ini menjadi 500. Perubahan ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pengguna, tetapi pada akhirnya mengurangi diferensiasi Path dari platform lain. Selain itu, Path gagal mengeluarkan inovasi yang signifikan untuk bersaing dengan aplikasi lain yang terus berkembang.
Akuisisi oleh Daum Kakao
Pada suatu titik, Path diakuisisi oleh perusahaan Korea Selatan, Daum Kakao. Meskipun ini membawa sumber daya baru, Path tetap tidak mampu mempertahankan penggunanya dan akhirnya kehilangan tempat di pasar.
Kesulitan Monetisasi
Path juga menghadapi kesulitan dalam monetisasi platformnya. Model bisnis yang bergantung pada iklan tidak cukup efektif, dan tanpa aliran pendapatan yang stabil, Path tidak dapat mempertahankan operasinya.
Penutupan Path merupakan contoh dari siklus hidup sebuah aplikasi media sosial, di mana tanpa adaptasi dan inovasi yang berkelanjutan, sulit untuk bertahan di pasar yang sangat kompetitif.
: Penyebab Aplikasi Path Tutup untuk Selamanya – kumparan.com
: Hari Ini 3 Tahun Lalu, Path Resmi Tutup Layanan – Kompas.com
Be First to Comment